Sex Dulu Baru Menikah: Cara Jepang
Rendahnya angka kelahiran dibanding kematian di Jepang membuat pusing banyak pihak, terutama pemerintah. Bagaimana kalau negeri ini penduduknya makin sedikit dan habis?
Ai Aoyama (53) Penasehat seks Jepang terkenal saat ini menyarankan bagaimana kalau warga Jepang menikmati seks dulu baru menikah. Sebuah saran yang tentu tidak pantas ditiru untuk konteks masyarakat beragama di negara lain, termasuk Indonesia. Tapi ini Jepang!
"Saya pikir mungkin menarik kalau dibalik dari biasanya yang pacaran dulu, lalu menikah dan barulah seks. Kini diubah sebaliknya. Jadi silakan saja boleh melakukan seks bersama, lalu akan semakin mengenal, kalau merasa senang saling cinta barulah menikah. Tentu saja pakai kondom ya biar tidak hamil," paparnya memberikan solusi agar banyak yang menikah.
Hal ini sebenarnya seperti terjadi di zaman Edo (1603-1868) dulu di mana ada semacam matsuri (Festival) di hutan. Masyarakat yang mau mencari jodoh pergi ke hutan ikut matsuri tersebut ikut free seks, kalau sesuai ya menikah, "Matsuri semacam itu lalu dilarang di jaman Meiji," tekan Aoyama lagi.
Selain itu Aoyama juga menjelaskan adanya contoh seorang lelaki Jepang kaya, Takashi Fujita, 59, orang yang sangat kaya di Fukuoka selatan Jepang, "Dia punya tiga atau empat isteri, dua orang Jepang dua orang asing termasuk orang Bali," paparnya.
Karena kekayaannya dia bisa punya empat isteri dan tampaknya rukun-rukun saja semuanya. Tujuannya mungkin untuk memperoleh keturunan, punya anak sehingga bisa melanjutkan warisannya kepada anak-anaknya.
Cara demikian menurut Aoyama sah-sah saja bagus dan bisa meningkatkan jumlah keturunan sehingga meningkatkan jumlah penduduk Jepang. Hal ini, poligami yang dilarang Jepang sebenarnya baik, jadi mungkin perlu diubah ketentuan tersebut, "Kalau pun tidak diubah pun saat ini tampaknya banyak pria kaya Jepang punya selir kok dan mereka hidup rukun mungkin untuk memunculkan keturunan lebih banyak lagi, dan yang lelaki kaya bisa memberikan nafkah dengan baik jadi tak ada masalah," jelasnya. (sumber)
Ai Aoyama (53) Penasehat seks Jepang terkenal saat ini menyarankan bagaimana kalau warga Jepang menikmati seks dulu baru menikah. Sebuah saran yang tentu tidak pantas ditiru untuk konteks masyarakat beragama di negara lain, termasuk Indonesia. Tapi ini Jepang!
"Saya pikir mungkin menarik kalau dibalik dari biasanya yang pacaran dulu, lalu menikah dan barulah seks. Kini diubah sebaliknya. Jadi silakan saja boleh melakukan seks bersama, lalu akan semakin mengenal, kalau merasa senang saling cinta barulah menikah. Tentu saja pakai kondom ya biar tidak hamil," paparnya memberikan solusi agar banyak yang menikah.
Hal ini sebenarnya seperti terjadi di zaman Edo (1603-1868) dulu di mana ada semacam matsuri (Festival) di hutan. Masyarakat yang mau mencari jodoh pergi ke hutan ikut matsuri tersebut ikut free seks, kalau sesuai ya menikah, "Matsuri semacam itu lalu dilarang di jaman Meiji," tekan Aoyama lagi.
Selain itu Aoyama juga menjelaskan adanya contoh seorang lelaki Jepang kaya, Takashi Fujita, 59, orang yang sangat kaya di Fukuoka selatan Jepang, "Dia punya tiga atau empat isteri, dua orang Jepang dua orang asing termasuk orang Bali," paparnya.
Karena kekayaannya dia bisa punya empat isteri dan tampaknya rukun-rukun saja semuanya. Tujuannya mungkin untuk memperoleh keturunan, punya anak sehingga bisa melanjutkan warisannya kepada anak-anaknya.
Cara demikian menurut Aoyama sah-sah saja bagus dan bisa meningkatkan jumlah keturunan sehingga meningkatkan jumlah penduduk Jepang. Hal ini, poligami yang dilarang Jepang sebenarnya baik, jadi mungkin perlu diubah ketentuan tersebut, "Kalau pun tidak diubah pun saat ini tampaknya banyak pria kaya Jepang punya selir kok dan mereka hidup rukun mungkin untuk memunculkan keturunan lebih banyak lagi, dan yang lelaki kaya bisa memberikan nafkah dengan baik jadi tak ada masalah," jelasnya. (sumber)
Post a Comment