Jenderal Sonthi: Pelaku Poligami dari Thailand
SOSIOLOGI POLIGAMI -- Tren menikah dua mungkin tak hanya ada di pejabat dan tokoh penting Indonesia. Jika di Indonesia ada Aa Gym dan anggota Wakil Ketua DPR RI dari Partai Bintang Reformasi (PBR) Zainal Maarif, Di Negeri tetanggapun juga ada.
Baru-baru ini, salah seorang tokoh dibalik “kudeta tak berdarah” Thailand, Jenderal Sonthi Boonyaratglin didemo karena ketahuan punya dua orang istri. Pemimpin militer Thailand itu dianggap tidak sah mempunyai dua isteri dan diminta mengundurkan diri dari angkatan bersenjata.
Baru-baru ini, pengunjukrasa yang terdiri dari kumpulan yang menamakan diri “White Dove 2006”, menuduh Sonthi telah melanggar hukum karena telah mendaftarkan dua pernikahannya dan dikabarkan telah tinggal bersama kedua isterinya.
“Sonthi menikah dengan isteri pertamanya, Sukanya dan kemudian mendaftarkan pernikahannya yang kedua, Piyada,” ujar ketua kelompok pendemo, Noparuj Vorachitwutthikul.
Noparuj mengatakan, pihaknya sudah menyerahkan surat kepada Perdana Menteri, Surayud Chulanont dan mendesak agar memecat Sonthi sebagai pimpinan militer.
“Sonthi orang paling berkuasa di Thailand sekarang. Beliau tidak sepatutnya melanggar undang-undang Thailand. Sebagai seorang Muslim, Sonthi boleh mempunyai empat orang isteri, tetapi hanya seorang saja yang diakui undang-undang,” katanya.
Sementara itu, Sonthi kini sedang berada di Mekah guna menunaikan ibadah haji. Menurut seorang pejabat yang tak disebut namanya, Sonthi baru akan kembali ke negaranya 7 Januari nanti.
Muslim Pertama
Jenderal Sonthi Boonyaratglin adalah Panglima Angkatan Darat yang telah memimpin 'kudeta tak berdarah' bulan September tahun 2006 lalu.
Sonthi mendapat kepercayaan dari Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra dan Raja Bhumibol Adulyadej sejak setahun lalu. Pengangkatan Sonthi merupakan sejarah bagi Thailand. Sebab, untuk pertama kalinya dalam sejarah seorang beragama Islam memimpin Angkatan Darat Thailand. Penunjukan Sonthi disebut-sebut terkait dengan upaya menghilangkan kesan diskriminatif dan meredam situasi panas di Thailand Selatan akibat pembunuhan warga Muslim.
Sonthi (60) adalah lulusan Akademi Militer Chulachomklao tahun 1969 dan beberapa kali mengikuti pelatihan militer di Amerika Serikat (AS). Dia pernah memimpin Korps Infanteri Angkatan Darat dan Pasukan Khusus Thailand.
Sebagai pucuk pimpinan Angkatan Darat, Sonthi disebut-sebut memiliki hubungan yang dekat dengan Raja Bhumibol. Kudeta militer yang dilakukannya tahun 2006 itu bukan tanpa sepengetahuan Raja Bhumibol. Sonthi bahkan datang ke Istana untuk menjelaskan langkah yang diambil militer Thailand. (sumber)
Baru-baru ini, salah seorang tokoh dibalik “kudeta tak berdarah” Thailand, Jenderal Sonthi Boonyaratglin didemo karena ketahuan punya dua orang istri. Pemimpin militer Thailand itu dianggap tidak sah mempunyai dua isteri dan diminta mengundurkan diri dari angkatan bersenjata.
Baru-baru ini, pengunjukrasa yang terdiri dari kumpulan yang menamakan diri “White Dove 2006”, menuduh Sonthi telah melanggar hukum karena telah mendaftarkan dua pernikahannya dan dikabarkan telah tinggal bersama kedua isterinya.
“Sonthi menikah dengan isteri pertamanya, Sukanya dan kemudian mendaftarkan pernikahannya yang kedua, Piyada,” ujar ketua kelompok pendemo, Noparuj Vorachitwutthikul.
Noparuj mengatakan, pihaknya sudah menyerahkan surat kepada Perdana Menteri, Surayud Chulanont dan mendesak agar memecat Sonthi sebagai pimpinan militer.
“Sonthi orang paling berkuasa di Thailand sekarang. Beliau tidak sepatutnya melanggar undang-undang Thailand. Sebagai seorang Muslim, Sonthi boleh mempunyai empat orang isteri, tetapi hanya seorang saja yang diakui undang-undang,” katanya.
Sementara itu, Sonthi kini sedang berada di Mekah guna menunaikan ibadah haji. Menurut seorang pejabat yang tak disebut namanya, Sonthi baru akan kembali ke negaranya 7 Januari nanti.
Muslim Pertama
Jenderal Sonthi Boonyaratglin adalah Panglima Angkatan Darat yang telah memimpin 'kudeta tak berdarah' bulan September tahun 2006 lalu.
Sonthi mendapat kepercayaan dari Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra dan Raja Bhumibol Adulyadej sejak setahun lalu. Pengangkatan Sonthi merupakan sejarah bagi Thailand. Sebab, untuk pertama kalinya dalam sejarah seorang beragama Islam memimpin Angkatan Darat Thailand. Penunjukan Sonthi disebut-sebut terkait dengan upaya menghilangkan kesan diskriminatif dan meredam situasi panas di Thailand Selatan akibat pembunuhan warga Muslim.
Sonthi (60) adalah lulusan Akademi Militer Chulachomklao tahun 1969 dan beberapa kali mengikuti pelatihan militer di Amerika Serikat (AS). Dia pernah memimpin Korps Infanteri Angkatan Darat dan Pasukan Khusus Thailand.
Sebagai pucuk pimpinan Angkatan Darat, Sonthi disebut-sebut memiliki hubungan yang dekat dengan Raja Bhumibol. Kudeta militer yang dilakukannya tahun 2006 itu bukan tanpa sepengetahuan Raja Bhumibol. Sonthi bahkan datang ke Istana untuk menjelaskan langkah yang diambil militer Thailand. (sumber)
Post a Comment